Welcoming Z Generation in organization

Oleh: Ni Made Sudaryani

Hampir di setiap kesempatan kita akan melihat para anak kecil dan remaja sibuk dengan gadgetnya baik handphone yang dilengkapi fitur-fitur canggih, tablet dll. Mereka terlihat sangat cakap menggunakan gadget tersebut, bahkan jika kita cermati gadget tersebut tampaknya sudah menjadi bagian dari kehidupan mereka. Mereka asyik berteman dengan semua perangkat tersebut, sehingga nampak kepedulian terhadap situasi dan kejadian disekeliling mereka sangat rendah, istilah trendnya autis, bukan autis yang sesungguhnya, namun hanya untuk memberikan istilah karena begitu tidak pedulinya mereka terhadap lingkungan sekitarnya.

Flash back ke masa lalu, sangat jelas bahwa jaman memang sudah berubah, sebagai generasi X yang terlahir di tahun 70-an, saya sangat merasakan gradasi perubahan tersebut. Dulu teknologi informasi masih merupakan sesuatu yang wah, bisa mengenal PC saat SMA saja merupakan sesuatu yang luar biasa, tidak heran jika generasi X banyak yang kurang familiar dengan sesuatu yang berbau teknologi informasi alias gaptek, saya sekalipun walau sehari-hari bekerja dengan notebook, bergaul dengan para developer, kemampuan berdealing dengan teknologi rasanya jauh bahkan sangat jauh lebih lambat dibandingkan dengan anak-anak saya si Generasi Z yang terlahir di tahun 2000-an. Saya masih sering terheran-heran, kok anak-anak itu bisa mengeksplore ini dan itu menggunakan komputer, kok mereka bisa berpikir sejauh itu ya untuk mengeksplore si gadget? Ya, memang jamannya sudah berubah.
Jaman sudah berubah, begitu cepatnya bahkan tanpa kita sadari kita tergiring masuk kedalam perubahan-perubahan tersebut. Mengapa jaman berubah? Paling mudah kita jawab karena pola pikir manusia saat ini bukan lagi berpikir tentang hidup hanya untuk survive dan mencari makan seperti jaman purba dulu, tetapi hidup untuk bisa terus exist dan bertumbuh dalam komunitas dan persaingan yang begitu ketatnya. Kuncinya adalah exist dan bertumbuh.. padahal jumlah orang semakin banyak, jumlah perusahaan semakin banyak dan peta persaingan semakin ketat. Karena kondisi ini, maka orang-orang dan perusahaan dituntut semakin berinovasi untuk bisa mempertahankan eksistensinya; sehingga untuk perusahaan mereka berlomba menciptakan sesuatu lebih, lebih dan lebih; dan perubahan yang paling dramatis adalah perubahan dibidang information, communication & technology (ICT); produk-produk perubahan itulah yang sekarang ini dinikmati oleh generasi Z, si generasi tech yang sebetulnya dibentuk oleh industri.

Generasi Z, merupakan generasi tech dengan yang terbiasa dengan segala sesuatu yang sifatnya virtual:

Virtual money, virtual followers, virtual leader, virtual business, virtual bank.. semua serba virtual. Mereka suka sesuatu yang ringkas (simple), jelas, tidak bertele-tele (straight forward), bicara fakta, sesuatu yang entertaining, dan mereka lebih menyukai berkomunikasi dengan gambar, bukan kata-kata apalagi kata-kata yang panjang lebar.. dijamin akan membuat mereka sangat bosan, padahal di Indonesia saat ini masih berlaku basa basi sebagai bagian dari tatakrama, dan bertemu muka untuk saling mengenal sebelum membangun suatu hubungan bisnis, yang jelas bertentangan dengan karakter generasi Z.
Dalam organisasi kedatangan generasi Z, sudah sangat dekat. Mau tidak mau, suka tidak suka, generasi ini akan datang sebagai new comer dalam organisasi menggantikan generasi terdahulu yang sudah bergeser ke jenjang karir yang lebih tinggi. Kedatangan generasi Z bisa jadi akan memberikan perubahan yang cukup significant bagi organisasi, terutama dalam hal sistem manajemen dan teknologi yang digunakan, karena mereka terbiasa dengan segala sesuatu yang berbau teknologi dan bekerja secara efisien, untuk kemudian menggunakan kelebihan waktu yang mereka miliki untuk hobi mereka. Dari sisi pribadi generasi Z adalah generasi yang sangat ingin tampil, Look, This is me; bukan lagi generasi pemalu yang senang berdiri dibelakang atau mau disuruh ini dan itu tanpa alasan yang jelas.
Dalam melihat seorang pemimpin generasi Z menginginkan bukti bukan sekedar visi dan janji yang tidak jelas; Generasi Z menginginkan seorang pemimpin yang walk the talk bukan sekedar omong-omong. Integritas, kompetensi dan kinerja merupakan persyaratan wajib bagi para pemimpin untuk bisa memimpin dan mengendalikan generasi Z, bukan sekedar kharisma.
Begitulah generasi Z yang sebentar lagi akan memasuki dunia kerja, sebagai orang lama dalam organisasi tentunya kita harus bersiap berdealing dengan generasi Z, yang pastinya bukan tipe orang-orang yang loyal dan takut terhadap atasan, tapi orang-orang yang lebih outspoken dan melihat hasilnya.