Understanding the Type of your Employee

Oleh: Made Sudaryani & Ima Lismana


Sumber daya manusia merupakan pilar penting dalam mendukung kesuksesan dan pencapaian goal suatu organisasi. Didunia kerja sering kali kita dihadapkan pada situasi dan tipe karyawan yang berbeda. Kondisi itu menuntut kita untuk dapat menilai, bersikap dan bertindak tepat, sehingga dapat terjalin interaksi dan komunikasi yang efektif dalam organisasi untuk menciptakan iklim persaingan sehat dalam rangka meningkatkan produktivitas kerja melalui kerja sama tim yang solid sehingga mendukung pencapaian visi, misi dan tujuan organisasi.

Keutuhan dan kerjasama team yang saling mendukung tentunya sangat dipengaruhi oleh peranatasan, sebagai ilustrasi sebut saja Bapak Rahadian yang sudah mengabdi selama 5 tahun sebagai Operational Dept. Head di suatu perusahaan konstruksi, Pak Rahadian tentu sudah berpengalaman menghadapi bawahan dengan berbagai type yang berbeda, namun tetap saja terkadang mengalami kesulitan dalam menentukan keputusan dan tindakan penanganan yang tepat untuk karyawan-karyawan dengan tipe tertentu, misalnya: Project Manager di lokasi A dengan kualifikasi dan portofolio kompetensi yang cukup mumpuni pada awal proses rekrutmen, tetapi ternyata berdasarkan pembuktian kinerja, hasilnya kurang memuaskan; Kepala Logistic yang rajin dan loyal tetapi hasil kinerjanya rendah; dan yang cukup membuat gerah Pak Rahadian adalah Construction Manager, staff yang cukup senior namun sering kali melakukan tindakan yang tidak etis dan cenderung menciptakan suasana kerja yang tidak kondusif melalui penyebaran isu-isu yang berdampak pada menurunnya motivasi kerja tim.

Mengacu permasalahan yang dihadapi Pak Rahardian, tentu tidak semua permasalahan terkait dengan karyawan dapat diselesaikan dengan training atau aksi pemecatan. Sebagai leader merupakan hal yang mutlak perlu untuk memahami tipe karyawan yang dihadapi, serta mengasah kepekaan untuk dapat mendeteksi secara dini karyawan yang berpotensi menimbulkan konflik. Hal tersebut diperlukan untuk dapat memberikan solusi yang tepat dan strategi yang efektif untuk melakukan tindakan preventive terhadap kemungkinan-kemungkinan terburuk.

Ada beberapa tipe karyawan yang dapat berpotensi menimbulkan masalah:

  1. Problem person
    Berdasarkan ilustrasi diatas dapat diibaratkan sebagai Project Manager di lokasi A Problem person adalah karyawan yang memiliki potensi yang tinggi, tetapi motivasinya dalam bekerja rendah, sehingga performance kerja yang dihasilkan tidak maksimal. Dalam menghadapi tipe karyawan seperti ini, seorang leader dapat melakukan konseling secara intensif atau reinforcement untuk dapat membangkitkan motivasi team member sehingga akan meningkatkan kinerjanya.
  2. Lack of potency
    Kepala logistic dalam ilustrasi diatas menggambarkan tipe karyawan yang disebut Lack of potency, yaitu karyawan yang memiliki motivasi yang tinggi, tetapi potensi yang dimiliki cenderung rendah. Sehingga kinerja yang dihasilkan kurang memuaskan, halini terjadi karena keterbatasan potensi yang dimiliki dan bukan karena semangat kerja karyawan tersebut yang rendah. Untuk menghadapi tipe karyawan seperti ini, seorang leader dapat mengoptimalkan kinerjanya sebagai high contributor dalam team tanpa harus memberikan tantangan kerja dengan tingkat kesulitan yang jauh lebih tinggi, namun lebih pada tantangan kerja yang masih dalam batas kemampuannya dengan frekuensi kerja yang dioptimalkan (berfokus pada penambahan frekuensi pekerjaan-pekerjaan yang bersifat repetitive) atau bias menyarankan karyawan dengan tipe ini untuk pindah ke unit kerja lain yang lebih sesuai dengan potensi yang dimilikinya. Pemberian training dan mentoring secara berkala untuk karyawan tipe ini sangat penting agar membantu karyawan meningkatkan kinerjanya, walaupun tentunya hasil kerja karyawan tipe ini akan berbeda dengan orang-orang dalam tipe star people yang mempunyai potensi dan motivasi kerja yang tinggi.
  3. Dead wood
    Dead wood adalah tipe karyawan yang memiliki potensi rendah dan motivasi kerja yang juga rendah, sehingga berdampak pada kinerja yang rendah. Karyawan dalam tipe ini sangat sulit bahkan cenderung tidak dapat dikembangkan. Pengembangan orang-orang dalam tipe ini sangat time consuming dan costly, itu pun dengan tingkat keberhasilan yang sangat rendah. Sehingga akan lebih baik jika karyawan dalam tipe ini diberhentikan, karena jika masih berada dalam organisasi akan sangat mungkin menimbulkan iklim yang kurang kondusif.
  4. Toxic karyawan
    Dalam era persaingan kerja sekarang ini, sangat mungkin terjadi persaingan tidak sehat yang dilakukan oleh karyawan. Karyawan dalam tipe ini disebut dengan istilah Toxic Employee. Toxic employee merupakan karyawan yang memiliki motif untuk mendapatkan keuntungan pribadi (dapat berupa kekuasaan, uang atau status lain), walaupun seringkali dengan menggunakan cara-cara yang tidak etis, dan terkadang tindakan illegal untuk memanipulasi dan mengganggu rekan kerja di sekitarnya. Motif ini dilandasi dengan keinginan untuk mempertahankan atau meningkatkan kekuasaan, uang atau status lain, atau untuk mengalihkan perhatian orang dari kekurangan kinerja atau kesalahan yang dilakukan.

Dalam menangani karyawan toxic, seorang leader perlu menganalisa tingkat keparahan dari toxic yang disebarkan, bila sekiranya masih dapat dibina maka leader dapat melakukan konseling, pemantauan perilaku secara intensif, mempersempit ruang gerak, pembatasan akses, hukuman, dll yang mampu mengkondisikan karyawan yang bersangkutan agar mengubah perilakunya. Atau bila sudah cukup parah maka tindakan pemecatan dapat dilakukan untuk menjaga keutuhan dan stabilitas organisasi. Dan tentunya dengan cara-cara yang bijak.

Dari ke-empat tipe karyawan yang berpotensi menimbulkan masalah, toxic employee perlu diberi perhatian khusus karena dapat menimbulkan efek domino, jika tidak di tanggulangi secara tuntas. Seiring dengan peningkatan stress kerja, gonjang ganjing ancaman PHK, atau masalah bullying di tempat kerja, jumlah toxic employee berpotensi berkembang. Toxic employee tidak berkorelasi dengan rendah atau tingginya potensi atau motivasi. Tipe ini bias saja merupakan karyawan yang rajin dengan potensi dan kinerja yang cemerlang tetapi memiliki karakter, pola pikir dan mentalitas yang negatif serta hanya ingin merusak dan menjadi racun bagi orang-orang di sekelilingnya yang menurut pendapatnya dapat mengancam? posisinya. Toxic employee cenderung menjadi problem maker daripada problem solver. Untuk itu sebagai leader perlu memiliki kepekaan untuk dapat mendeteksi secara dini dan mengetahui akar penyebab dari setiap permasalahan. Serta menentukan tindakan yang tepat dalam menghadapi setiap permasalahan karyawan. Hal yang perlu dijadikan sebagai dasar dalam setiap tindakan Leader terhadap anggota teamnya adalah motif, dalam hal ini motif untuk memberikan kebaikan bagi anggota team khususnya dan organisasi secara umumnya, sehingga setiap pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan didasari oleh itikad baik, penuh kesadaran dan tanggung jawab.