Office Politic, Perlukah dalam Dunia Kerja?

Oleh: Ni Made Sudaryani

Mendengar istilah politik, pikiran kita bisa langsung tertuju pada kegiatan kampanye yang melibatkan massa, atau ulah politikus dengan segala sepak terjangnya yang diliput dalam berbagai media untuk mempromosikan kelompoknya atau sekedar bersiteru dengan partai politik lain dalam rangka merebut simpati publik, namun seringkali bukan simpati yang dituai, tetapi justru kebalikannya.

Berdasarkan istilahnya, politik adalah proses pembentukan dan pembagian kekuasaan dalam masyarakat yang berwujud? pembuatan dan proses pengambilan keputusan, khususnya dalam suatu negara. Kehidupan sosial kita pun tentunya tidak pernah terlepas dari pengaruh politik.

Secara lebih sederhana politik bisa berlaku dimana pun dalam aspek kehidupan kita. Dalam tulisan ini isu politik yang diangkat adalah politik dalam dunia kerja. Mengapa dunia kerja? Dunia kerja merupakan tempat berkumpulnya orang-orang dengan berbagai tingkatan posisi dan latar belakang pendidikan maupun budaya, yang secara bersama-sama bekerja untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang telah ditetapkan. Tujuan tersebut ada yang bersifat kolaboratif yaitu tujuan yang harus dicapai oleh seluruh individu dalam organisasi, dan ada pula yang bersifat individual, yaitu tujuan yang mendasari seseorang bekerja dalam suatu organisasi. Secara sosiologis, bila terdapat kumpulan orang maka akan timbul interaksi sosial dan dalam lingkup yang lebih kompleks akan timbul suatu praktek politik? yang dikenal dengan istilah office politic. Misalnya dalam hal persaingan karir untuk merebut suatu posisi/jabatan tertentu dalam perusahaan dll.

Dalam tuntutan pekerjaan dan persaingan di dunia kerja, dengan sendirinya kita akan masuk dalam office politic. Misalnya seorang karyawan A? dan B? dalam satu departemen yang memiliki kualifikasi dan kompetensi yang sama, maka untuk naik ke posisi tertentu, baik A maupun B perlu melakukan cara-cara tertentu agar dapat menjual dirinya (potensi dan kompetensinya) sehingga nampak lebih menonjol dibandingkan yang lain. Saat terjadi kekosongan posisi, maka atasan mereka tentunya akan memilih siapa dari mereka yang layak untuk menempati posisi tersebut berdasarkan aspek-aspek lain yang paling menonjol secara positif dan dari kedua orang tersebut. Hal ini yang disebut sebagai faktor pembeda. Dari sisi output, faktor pembeda tentunya dilihat dari hasil kerja, tetapi dalam prosesnya pembeda bisa berupa kedekatan dengan atasan, kemampuan seseorang untuk membuat atasan merasa nyaman atau mengambil hati atasan dll. Proses untuk menciptakan kedekatan, membuat atasan merasa nyaman atau mengambil hati atasan itulah yang disebut dengan office politic. Sehingga jika misalnya si A? menjalankan politik? dalam dunia kerja dengan baik, sehingga terkesan menonjol dan dapat mengambil hati? atasan atau management, tentu akan menjadi kandidat pertama dipromosikan, di banding si B? yang kurang populer dimata atasannya, walaupun secara output antara si A dan si B sama.

Dalam kondisi tertentu bisa terjadi karyawan B sebetulnya memiliki kompetensi dan kinerja yang lebih baik dibandingkan karyawan A, tetapi karena office politic yang dijalankan si A?, maka si A lah yang tetap terpilih. Bagaimana itu terjadi? Banyak pertimbangan dalam dunia politik, seperti halnya dalam office politic. Atasan atau management tentu memiliki pertimbangan khusus dalam menempatkan seseorang di suatu posisi tertentu. Bagi perusahaan yang menjunjung tinggi profesionalisme dan menerapkan Good Corporate Governance (GCG), aspek yang menjadi penilaian akan berujung pada profesionalisme yang menunjang produktifitas perusahaan. Profesionalisme karyawan terhadap tuntutan tugas, hubungan kerja dengan atasan, bawahan, rekan kerja dan pihak eksternal, ide-ide positif yang diberikan karyawan sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja, sikap kerja karyawan yang menjunjung tinggi nilai-nilai perusahaan, dll, merupakan aspek penting yang menjadi pertimbangan atasan atau management.

Hal tersebut tentu harus ditunjukkan oleh karyawan sehingga profesionalismenya dapat dirasakan oleh atasan atau mangement dengan komposisi yang tepat?. Komposisi yang tepat dalam menunjukkan kemampuan diri sangat penting dalam menjalankan office politictergantung dari kondisi yang dihadapi. Misalnya untuk menghadapi atasan yang terancam posisinya atau atasan yang sedang mencari talent people for succession tentunya membutuhkan pendekatan yang berbeda. Hal ini merupakan strategi kita dalam menjalankan office politic. Dalam kehidupan nyata di dunia kerja, setiap orang memiliki tujuan pribadi. Misalnya jika tujuan kita untuk mencapai posisi tertentu, maka sebagai pribadi kita harus mempersiapkan diri untuk memenuhi kualifikasi, kompetensi dan memberikan kinerja yang superior termasuk menjalin hubungan yang harmonis dengan lingkungan sekitar.

Bagaimana kita memposisikan diri dalam office politic ini? Seperti politik pada umumnya, dalam office politic kita pun akan mengenal istilah politik yang elok dan politik yang tidak elok. Sesuai dengan pemilihan kata tersebut, politik yang tidak elok identik dengan sikap politik yang tidak etik dan jauh dari profesionalisme. Nuansa yang timbul akibat politik tidak elok diantaranya: untuk kepentingan pribadi/golongannya seseorang melakukan adu domba, blame other, sikap menjilat? kepada atasan, sikap memberikan pressure yang berlebihan kepada bawahan tanpa memberikan pengarahan, saling sikut antar sesama rekan kerja, yang berdampak pada munculnya konflik dan terbentuknya iklim kerja yang tidak kondusif sehingga berdampak pada penurunan produktivitas kerja. Sedangkan politik yang elok adalah sikap politik yang dijalankan sesuai kaidah etik dan profesionalisme, dengan tujuan akhir optimalisasi pencapaian goal perusahaan. Dalam lingkungan kerja kita bisa menghadapi kedua kondisi tersebut. Kita dituntut untuk dapat memposisikan diri dengan baik dan harus memiliki kejelian dalam melihat fenomena politik di tempat kerja kita saat ini, serta bagaimana kita menentukan pilihan yang tepat.

Office politic yang elok atau positif tentu akan terefleksikan dalam suasana kerja yang kondusif sehingga dapat meningkatkan produktivitas kerja. Sikap yang dapat membangun iklim politik positif diantaranya adalah :

  • Perusahaan memiliki aturan yang jelas dalam tiap proses dan di pahami oleh seluruh karyawan.
  • Management dan atasan dapat menjadi role model yang patut di contoh, serta setiap pengambilan keputusan dilakukan secara profesional dan transparan.
  • Perusahaan memiliki budaya perusahaan yang berisi nilai-nilai dan code of conduct yang di anut perusahaan untuk menunjang profesionalisme dan penerapan GCG dalam organisasi, sehingga menjadi penangkal dari office politic yang tidak elok atau negatif.
  • Pelaksanaan kegiatan yang dapat melancarkan arus komunikasi positif serta teamwork, contohnya: family garhering, outbound, soft skill training seperti komunikasi, teamwork dll.

Kunci kesuksesan dalam menghadapi office politic yang perlu kita perhatikan adalah bagaimana membentuk fleksibilitas diri secara profesional untuk mencapai tujuan kita, dan berkontribusi positif terhadap pencapaian goals perusahaan.

Apakah Anda turut melakukan office politic? Di kategori mana Anda berada, politik yang elok ataukah yang tidak elok? Atau mungkin Anda dalam kondisi mencari tempat lain untuk dapat mengaktualisasikan, diri dibanding terjebak dalam office politic yang tidak elok?